Café de Flore: Episentrum Sastra dan Eksistensialisme Paris yang Ikonik
Gambar ini mengabadikan fasad ikonis dari Café de Flore, salah satu kedai kopi tertua dan paling legendaris di Paris, yang terletak di sudut Boulevard Saint-Germain dan Rue Saint-Benoît, di distrik Saint-Germain-des-Prés yang artistik. Didirikan sekitar tahun 1887, kafe ini mengambil namanya dari patung dewi bunga Romawi, Flora, yang berada tepat di seberang jalan. Selama lebih dari satu abad, tempat ini bukan sekadar tempat minum kopi, melainkan sebuah institusi budaya yang menjadi jantung kehidupan intelektual Paris.
Sarang Intelektual Era Modern
Pada awal abad ke-20, Café de Flore dengan cepat menarik perhatian para pemikir, penulis, dan seniman paling progresif pada masanya. Tempat ini menjadi markas besar bagi gerakan Dadais dan Surealis pada tahun 1910-an dan 1920-an, dengan tokoh-tokoh seperti Guillaume Apollinaire, André Breton, dan Louis Aragon menjadikannya “kantor” mereka. Bahkan seniman legendaris Pablo Picasso juga menjadi pelanggan tetap di sini.
Namun, masa keemasan kafe ini terjadi pada tahun 1940-an dan 1950-an, di mana pasangan filsuf Jean-Paul Sartre dan Simone de Beauvoir menjadikannya pusat aktivitas mereka. Mereka menghabiskan berjam-jam, dari pagi hingga malam, untuk menulis, berdiskusi, dan bahkan mengajar di lantai atas, mengembangkan filosofi eksistensialisme yang monumental. Dalam memoarnya, Simone Signoret zeytincafemenu.com bahkan menulis, “Saya lahir suatu malam di bulan Maret 1941 di bangku Café de Flore”. Tempat ini menjadi surga bagi para pemikir bebas selama pendudukan Jerman, di mana mereka dapat berdiskusi tanpa kehadiran penjajah.
Estetika Klasik dan Daya Tarik Abadi
Dari segi visual, kafe ini mempertahankan pesona Art Deco klasik yang tidak banyak berubah sejak Perang Dunia II, dengan kursi-kursi anyaman hijau dan meja bundar kecil di trotoar, serta interior bernuansa merah dan cermin besar. Penataan luar ruangan ini, atau yang dikenal sebagai la terrasse, adalah bagian penting dari budaya kafe Prancis, mengundang orang untuk duduk santai sambil mengamati kehidupan kota yang dinamis.
Atmosfer hangat dari lampu-lampu di malam hari, seperti yang terlihat dalam gambar, menambah kesan romantis dan mengundang. Hiasan tanaman hijau di atap dan di sepanjang kanopi berwarna krem memberikan kontras yang indah dengan bangunan batu Paris yang khas, menjadikannya salah satu kafe yang paling banyak difoto di dunia.
Warisan Budaya di Persimpangan Mode dan Sinema
Hingga kini, daya tarik Café de Flore tetap kuat. Tempat ini tidak hanya dikunjungi oleh turis yang ingin merasakan sejarahnya atau penggemar serial TV modern seperti Emily in Paris yang menjadikannya lokasi syuting. Kafe ini juga terus menjadi tempat berkumpulnya selebritas, insan mode (Yves Saint Laurent, Givenchy, Chanel mengadakan pemotretan di sini), dan sineas.
Setiap tahun, kafe ini menjadi tuan rumah bagi “Prix de Flore,” sebuah penghargaan sastra yang didirikan pada tahun 1994 untuk menghormati penulis muda yang berani dan menjanjikan, menjaga warisan intelektualnya tetap hidup. Café de Flore adalah perpaduan sempurna antara sejarah, seni, dan gaya hidup Paris yang tak lekang oleh waktu.